BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu proses pembelajaran yang dilakukan
tanpa adanya peran aktif siswanya akan menjadikan suasana kelas menjadi senyap.
Terwudjudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua
komponen pendidikan termasuk masyarakat. Oleh sebab itu dalam kegitan
pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru
dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui
kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang sesuai dengan
tujuan pendidikan disekolah.
Menurut Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif
dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam
berpikir (minds-on) dan aktivitas dalam berbuat (hand-on). Perbuatan nyata
siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir siswa terhadap
kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara
terus menerus dan tiada henti. Hal ini dapat dilakukan apabila interaksi antara
guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar.
Berdasarkan pada pendapat
tersebuat,menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
mutlak diperlukan. Namun yang lebih penting lagi dalam meningkatkan aktivitas
siswa tersebut adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar
mengjar tersebut dalam mencapat tujuan pembelajaran.
B.
Identitas Masalah
1. Apa pengertian proses pembelajaran?
2. Apa tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana siswa dalam pembelajaran?
4. Apa pengertian keaktifan?
5. Apa macam-macam keaktifan siswa?
6. Bagaimana cara menumbuhkan keaktifan
siswa?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan proses
pembelajaran.
2.
Menjelaskan keaktifan
siswa.
D.
Manfaat
1.
Untuk memperbaiki
pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.
2.
Untuk mengembangkan
proses pembelajaran.
3.
Untuk meningkatkan
kualitas pendidikan para siswa untuk mengangkat kualitas sekolah itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Proses Pembelajaran
a.
Pengertian proses pembelajaran
Proses
pembelajaran dapat kita artikan sebagai sebuah
kegiatan di mana terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga
pendidik kepada para peserta didik yang dimilikinya. Karenanya kegiatan
pembelajaran ini sangat bergantung pada komponen-komponen yang ada di dalamnya.
Dari sekian banyak komponen tersebut maka yang paling utama adalah adanya
peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, materi pembelajaran serta
adanya rencana pembelajaran.
Keberadaan komponen tersebut dalam sebuah proses
pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting karena
komponen tersebut sangat bergantung satu sama lain. Misalkan saja tentang adanya
tenaga pendidik yang berkualitas. Tenaga pendidik yang berkualitas dan dapat
menjalankan fungsinya secara aktif dan kondisional merupakan sebuah hal yang
cukup berpengaruh dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Tenaga pendidik tersebut
berperan dalam mewujudkan sebuah situasi pembelajaran yang baik bagi para
peserta didiknya, menggunakan rencana pembelajaran yang baik dan sesuai
sehingga jalannya proses pembelajaran yang diterima oleh para peserta didik
dapat dikontrol, serta mampu menggunakan dan memaksimalkan adanya media
pembelajaran guna meningkatkan pemahaman para peserta didik terkait dengan
materi pelajaran yang disampaikannya. Jika hal tersebut dipahami sebagai sebuah
kebutuhan dalam proses pembelajaran
maka akan menjadikan sebuah kegiatan pembelajaran yang lebih berkualitas.
b.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan
tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun
siswa.
Nana Syaodih Sukmadinata
(2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1.Memudahkan
dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga
siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.
2.Memudahkan
guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3.Membantu
memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran.
4.Memudahkan
guru mengadakan penilaian.
c.
Siswa dalam
pembelajaran
Keterlibatan siswa
bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses
belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono(1994:56-60), keaktifan siswa
dapat di dorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa
untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya. Untuk
dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru
dapat melakukannya dengan ; keterlibatan secara langsung siswa baik secara
individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk
melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada
siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta
upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran. Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam
aktivitasyang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor
meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya.
Keterlibatan siswa
hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau
terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam proses
belajar mengajar sebelumnya, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada
peraturan dan prosedur yang kaku yang justru membatasi keterampilan berfikir
kreatif. Dalam belajar,
anak-anak lebih banyak disuruh menghapal ketimbang mengeksplorasi, bertanya
atau bereksperimen. Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses
perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil
keputusan. Namun pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana siswa menjadi pasif
seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog, sehingga cenderung
membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas siswa.
Komponen-komponen
yang menentukan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar meliputi:
1.
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Kemp (1997:4), Untuk mendorong keterlibatan itu
sendiri. Brown (1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa.
2.
Guru selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah
guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif.
Breen dan Candlin dalam Nunan (1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah
sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai
partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.
3.
Materi juga merupakan salah satu factor
penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut
Hutchinsondan Waters adalah :
a. Adanya
teks yang menarik.
b.Adanya
kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir
siswa.
c. Memberi
kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
mereka miliki.
d.
Materi yang dikuasai
baik oleh siswa maupun guru.
4. Tempat ruang kelas
adalah tempat dimana proses belajar mengajar
berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik
dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan
keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
5. Waktu, alokasi waktu
untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga
menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut
Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu
melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta
mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai
pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
6. Fasilitas
dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.
2.
Keaktifan
a.
Pengertian keaktifan
siswa
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang
berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia:17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau
kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar disekolah maupun diluar sekolah yang menunjang
keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja,
melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992:75) keaktifan
jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didika dalam kegiatan belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
1.
Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan
sebagainya. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat
inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan menyuru mereka menulis sepanjang jam
pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa menulis
sesuatu di papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke
menerangkan dan seterunya akan lebih menarik dan menyenangkan.
2.
Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau
dikatifkan untuk memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil
keputusan.
3.
Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar
peserta didik harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru,
dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu
mengutarakan kembali.
4.
Keaktifan emosidalam hal ini peserta didik hendaklah
senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai
pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik
mengandung unsur keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya tidak sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif
secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta
didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh
pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh
dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.
b.
Macam-macam keaktifan
siswa
Menurut Diedrich (dalam
Rohani, 2004:9), membagi keaktifan belajar siswa menjadi 8 kelompok, yaitu :
1.
Keaktifan
visual : membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
mengamati orang lain bekerja, dan sebagainya.
2.
Keaktifan
lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi.
3.
Keaktifan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan
instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4.
Keaktifan
menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa
atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
5.
Keaktifan menggambar : menggambar, membuat grafik, chart, diagram,
peta, pola.
6.
Keaktifan
motorik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan
(simulasi), menari dan berkebun.
7.
Keaktifan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan dan membuat keputusan.
8.
Keaktifan emosional : minat, bosan, gembira, berani, tenang.
c.
Cara menumbuhkan
keaktifan siswa
Untuk menjadikan aktif, maka pembelajaran harus direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsinya, Nana Sudjana
(1989:27-29) mengungkapkan prisip-prinsip belajar aktif antara lain :
1. Stimulus belajar, yang dimaksud dengan
stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi
atau perbuatan belajar (Soemanto, 1999:108). Pesan yang diterima siswa dari
guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat
berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus
hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan
mudah.
2. Perhatian dan motivasi, perhatian adalah
pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek (Suryabrata, 1993:14).
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai (Sardiman,
1996:101). Perhatian dan motivasi akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, untuk memotivasi dan memberikan perhatian pada kegiatan belajar,
pengajar dapat melakukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan pembelajaran yang menyenangkan. Motivasi belajar yang diberikan
oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi siswa.
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain
melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi,
memberikan stimulus baru melalui pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat
bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.
Secara umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa
situasi belajar mengajar cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Respon yang dipelajari, adalah proses
belajar yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan
belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, maka tidak mungkin siswa
dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4. Penguatan, setiap tingkah laku yang
diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan
untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan yang
berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat
siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
5. Asosiasi, secara sederhana berfikir
asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuai dengan lainnya.
Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan
dengan respon (Syah, 1995:119). Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan
yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa,
pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas, pemberian latihan
yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan kepada situasi baru yang dapat menuntut
pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya (Sudjana,
1989:27-29).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menumbuhakn keaktifan pada siswa itu sangat sulit
bagi guru tanpa di dasari dengan niat dan keinginan dari siswa itu sendiri
karena saat proses belajar mengajar berlangsung siswa dalam
ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran
yang tersedia dan dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan
berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di
atas merupakan kondisi umum yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Hal ini
menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama
disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera
pendengarannya dibandingkan visual. Sehingga apa yang dipelajari di kelas
tersebut cenderung untuk dilupakan kebanyakan siswa karena Apa yang saya
dengar saya lupa, Apa yang saya lihat saya ingat sedikit, Apa yang saya lakukan
saya paham.
Karena siswa mendengar dengan berfikir jadi kerja otak sangat berat
sehingga anak akan mudah lupa dengan apa yang di dengar. Untuk mengatasi itu
seorang guru harus menggunakan banyak metode atau cara mengajar yang tidak
membosan kan sehingga siswa dapat mencerna materi dengan baik sehingga
pembelajaran di Indonesia ini dapat menjadi baik tidak lagi tertinggal dengan
bangsa bangsa barat.
B. Saran
Keaktifan sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik guru harus selalu berusaha
untuk membangkitkan keaktifan
siswa untuk tujuan membentuk peribadi yang berkarakter.Tanpa adanya keaktifan, pembelajaran yang diharapkan tidak
akan maksimal. Pentingnya peranan aktif siswa dalam proses pembelajaran perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Untuk menumbuhkan keaktifan pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus
memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau
bahkan hilangnya keaktifan
siswa. Setelah itu baru kita mengambil
langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan keaktifan pada diri siswa. Dengan demikian upaya untuk
menumbuhkan keaktifan sesuai dengan sasarannya.
Daftar Pustaka
Syaiful Bahri Djamari. Strategi
belajar mengajar, 2002, Rineka Cipta, Jakarta.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, 2000 Bumi Aksara, Jakarta.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, 2000 Bumi Aksara, Jakarta.
Mikarsa
Lestari Hera, Taufik Agus, Priatno lestari Puji, Pendidikan Anak di SD (2009).
Unversitas Terbuka.
Departemen
Pendidikan. 1994. Kiat – Kiat Pelajar Sukses. Jakarta : Kanwil Depdikbud
Sardiman,AM.1992.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:RajawaliPers.
Arsyad, Azhar. 2007.Media Pembelajaran.Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sardiman,AM.1992.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar