Jumat, 03 April 2015

KARYA TULIS ILMIAH “MENUMBUHKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN”



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
   Suatu proses pembelajaran yang dilakukan tanpa adanya peran aktif siswanya akan menjadikan suasana kelas menjadi senyap. Terwudjudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua komponen pendidikan termasuk masyarakat. Oleh sebab itu dalam kegitan pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan  motivasi dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan disekolah.
   Menurut Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berpikir (minds-on) dan aktivitas dalam berbuat (hand-on). Perbuatan nyata siswa dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berpikir siswa terhadap kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan tiada henti. Hal ini dapat dilakukan apabila interaksi antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
   Berdasarkan pada pendapat tersebuat,menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mutlak diperlukan. Namun yang lebih penting lagi dalam meningkatkan aktivitas siswa tersebut adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar mengjar tersebut dalam mencapat tujuan pembelajaran.

B.     Identitas Masalah
1.      Apa pengertian proses pembelajaran?
2.      Apa tujuan pembelajaran?
3.      Bagaimana siswa dalam pembelajaran?
4.       Apa pengertian keaktifan?
5.       Apa macam-macam keaktifan siswa?
6.      Bagaimana cara menumbuhkan keaktifan siswa?


C.     Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan proses pembelajaran.
2.      Menjelaskan keaktifan siswa.

D.    Manfaat
1.      Untuk memperbaiki pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.
2.      Untuk mengembangkan proses pembelajaran.
3.      Untuk meningkatkan kualitas pendidikan para siswa untuk mengangkat kualitas sekolah itu sendiri.



































BAB II
PEMBAHASAN

1.      Proses Pembelajaran
a.       Pengertian proses pembelajaran
    Proses pembelajaran dapat kita artikan sebagai sebuah kegiatan di mana terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada para peserta didik yang dimilikinya. Karenanya kegiatan pembelajaran ini sangat bergantung pada komponen-komponen yang ada di dalamnya. Dari sekian banyak komponen tersebut maka yang paling utama adalah adanya peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, materi pembelajaran serta adanya rencana pembelajaran.
   Keberadaan komponen tersebut dalam sebuah proses pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting karena komponen tersebut sangat bergantung satu sama lain. Misalkan saja tentang adanya tenaga pendidik yang berkualitas. Tenaga pendidik yang berkualitas dan dapat menjalankan fungsinya secara aktif dan kondisional merupakan sebuah hal yang cukup berpengaruh dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Tenaga pendidik tersebut berperan dalam mewujudkan sebuah situasi pembelajaran yang baik bagi para peserta didiknya, menggunakan rencana pembelajaran yang baik dan sesuai sehingga jalannya proses pembelajaran yang diterima oleh para peserta didik dapat dikontrol, serta mampu menggunakan dan memaksimalkan adanya media pembelajaran guna meningkatkan pemahaman para peserta didik terkait dengan materi pelajaran yang disampaikannya. Jika hal tersebut dipahami sebagai sebuah kebutuhan dalam proses pembelajaran maka akan menjadikan sebuah kegiatan pembelajaran yang lebih berkualitas.

b.      Tujuan pembelajaran
   Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.

Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1.Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.
2.Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3.Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran.
4.Memudahkan guru mengadakan penilaian.

c.       Siswa dalam pembelajaran
Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono(1994:56-60), keaktifan siswa dapat di dorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya. Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan ; keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran. Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitasyang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya.
Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku yang justru membatasi keterampilan berfikir kreatif. Dalam belajar, anak-anak lebih banyak disuruh menghapal ketimbang mengeksplorasi, bertanya atau bereksperimen. Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Namun pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana siswa menjadi pasif seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog, sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas siswa.

Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi:
1.      Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp (1997:4), Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri. Brown (1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa.
2.      Guru selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan (1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.
3.      Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinsondan Waters adalah :
a. Adanya teks yang menarik.
b.Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
d.            Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
4. Tempat ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
5. Waktu, alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
6. Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.





2.      Keaktifan
a.       Pengertian keaktifan siswa
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia:17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar disekolah maupun diluar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992:75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didika dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1. Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Mendikte dan menyuru mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan dan seterunya akan lebih menarik dan menyenangkan.
2. Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
3. Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
4. Keaktifan emosidalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.

b.      Macam-macam keaktifan siswa
Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004:9), membagi keaktifan belajar siswa menjadi 8 kelompok, yaitu :
1.   Keaktifan visual : membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain bekerja, dan sebagainya.


2.   Keaktifan lisan (oral) : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
3.   Keaktifan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4.   Keaktifan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
5.   Keaktifan menggambar : menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, pola.
6.   Keaktifan motorik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari dan berkebun.
7.   Keaktifan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan dan membuat keputusan.
8.   Keaktifan emosional : minat, bosan, gembira, berani, tenang.

c.       Cara menumbuhkan keaktifan siswa
    Untuk menjadikan aktif, maka pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis serta mengetahui prinsip-prinsinya, Nana Sudjana (1989:27-29) mengungkapkan prisip-prinsip belajar aktif antara lain :
1.      Stimulus belajar, yang dimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar (Soemanto, 1999:108). Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik dan lain-lain. Stimulus hendaknya disampaikan dengan upaya membantu agar siswa menerima pesan dengan mudah.
2.      Perhatian dan motivasi, perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek (Suryabrata, 1993:14). Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai (Sardiman, 1996:101). Perhatian dan motivasi akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk memotivasi dan memberikan perhatian pada kegiatan belajar, pengajar dapat melakukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan pembelajaran yang menyenangkan. Motivasi belajar yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi siswa.



     Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru melalui pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain. Secara umum siswa akan terangsang untuk belajar apabila ia melihat bahwa situasi belajar mengajar cenderung memuaskan dirinya sesuai dengan kebutuhannya.
3.      Respon yang dipelajari, adalah proses belajar yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, maka tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
Keterlibatan atau respon siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain.
4.      Penguatan, setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap bebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali. Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan yang berasal dari luar adalah nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, pemberian hadiah dan lain-lain.
5.      Asosiasi, secara sederhana berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuai dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon (Syah, 1995:119). Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian latihan yang jelas, pemberian latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Di sini siswa dihadapkan kepada situasi baru yang dapat menuntut pemecahan masalah melalui informasi yang telah dimilikinya (Sudjana, 1989:27-29).











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menumbuhakn keaktifan pada siswa itu sangat sulit bagi guru tanpa di dasari dengan niat dan keinginan dari siswa itu sendiri karena saat proses belajar mengajar berlangsung siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia dan dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual. Sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan kebanyakan siswa karena  Apa yang saya dengar saya lupa, Apa yang saya lihat saya ingat sedikit, Apa yang saya lakukan saya paham.
Karena siswa mendengar dengan berfikir jadi kerja otak sangat berat sehingga anak akan mudah lupa dengan apa yang di dengar. Untuk mengatasi itu seorang guru harus menggunakan banyak metode atau cara mengajar yang tidak membosan kan sehingga siswa dapat mencerna materi dengan baik  sehingga pembelajaran di Indonesia ini dapat menjadi baik tidak lagi tertinggal dengan bangsa bangsa barat.

B.     Saran

Keaktifan sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik guru harus selalu berusaha untuk membangkitkan keaktifan siswa untuk tujuan membentuk  peribadi yang berkarakter.Tanpa adanya keaktifan, pembelajaran yang diharapkan tidak akan maksimal. Pentingnya peranan aktif siswa dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Untuk menumbuhkan keaktifan pada diri siswa, terlebih dahulu kita harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya keaktifan siswa. Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan keaktifan pada diri siswa. Dengan demikian upaya untuk menumbuhkan keaktifan sesuai dengan sasarannya.





Daftar Pustaka

Syaiful Bahri Djamari. Strategi belajar mengajar, 2002, Rineka Cipta, Jakarta.
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, 2000 Bumi Aksara, Jakarta.
Mikarsa Lestari Hera, Taufik Agus, Priatno lestari Puji, Pendidikan Anak di SD (2009). Unversitas Terbuka.
Departemen Pendidikan. 1994. Kiat – Kiat Pelajar Sukses. Jakarta : Kanwil Depdikbud
Sardiman,AM.1992.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:RajawaliPers.
Arsyad, Azhar. 2007.Media Pembelajaran.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman,AM.1992.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Rajawali Pers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar